GoHitzz.com, Bali, - Lahir dan besar di Bali,
membawa Ir. Gede Agus Hardyawan begitu lekat dengan budaya dan
lingkungan di Pulau Dewata. Salah satunya, pengusaha yang akrab
dipanggil Gede Hardy ini resah dengan keberadaan pohon pule dan jepun
(kamboja Bali) yang kian langka. Alasan itulah yang membawa Gede Hardy
akhirnya melakukan konservasi di Hardysland, lini bisnisnya yang
bergerak dalam bidang properti.
Pule dan Jepun Kental dengan Adat-istiadat Bali
Menurut suami dari Ketut Rukmini, SP, kedua pohon itu akrab digunakan
oleh masyarakat Bali. “Pohon pule itu dianggap sakral. Biasanya, pule
itu menjadi bahan dasar pembuatan topeng suci di Bali. Begitu juga
dengan Jepun, yang digunakan dalam acara keagamaan di Bali. Sayang,
pohon pule mulai langka dan banyak pohon jepun Bali diekspor ke luar
negeri. Bahkan, ada pula jepun di pekuburan pun juga dieskpor,” jelas
pria kelahiran 27 Mei 1972 ini.
Ide Konservasi Pohon Langka
Gede Hardy yang masa kecilnya dihabiskan di Desa Penyaringan,
Mendoya, Jembrana Bali ini, sudah mengoleksi kedua pohon langka di
rumahnya. “Sudah tidak cukup lagi ditanam di rumah, sehingga memang
perlu yang lebih luas lagi. Saya terinspirasi untuk menanam pohon-pohon
langka di Hardysland,” jelasnya saat ditemui di Marketing Gallery
Hardysland di Denpasar, Bali.
Rencananya, sambung Gede Hardy, di lahan seluas 180 hektar , yakni
Nusa Dua, Canggu, dan Gianyar, akan dibangun 10.000 villa dan disertai
penanaman 10.120 jepun. “Kalau jalan di perumahan itu rata-rata itu
lebarnya 6-7 meter, kami akan bangun dengan lebar 11 meter. Sebab di
antara bahu jalan itu akan ditanam pepohonan langka dan tanaman lainnya.
Selain itu, di setiap teras rumah juga akan ditanam jepun,” tandasnya.
Tantangan Bangun Properti di Bukit Kapur
Benar saja, begitu tiba di lokasi Hardysland Nusadua Hill di Nusadua,
Badung, Bali, memang terdapat pohon pule berukuran besar yang usianya
sudah ratusan tahun. Lalu, ada pula di sisi-sisi jalan tanaman lain
berupa jepun, jambu, dan lain sebagainya.
Lokasi Hardysland Nusadua ini terbilang strategis sebab tidak jauh
dari Bandara internasional I Gusti Ngurah Rai. Selain itu, konsumen
dapat melihat laut lepas dari atas bukit.
Ternyata, mendirikan resorts dan villas di kawasan bukit kapur ini
juga memiliki tantangan tersendiri. “Memang bukit kapur ini agak sulit
memeroleh air. Tapi, kami menyiasatinya dengan menggunakan deep well yang kedalamannya mencapai 200 meter, sehingga konsumen tak usah kuatir soal pasokan air,” ujar Gede Hardy.
Dilirik Artis Ternama
Melihat potensi luar biasa dari properti Handysland, rupanya
mengunggah pasangan istri-suami Nagita Slivina (Gigi) dan Raffi Ahmad
untuk berinventasi di properti.
“Saya sering banget ke Bali, Saya ingin cari second home dan berada di daerah yang bagus dan saya suka Handysland, “ ujar Gigi saat ditemui di Mal Bali Galleria.
Raffi Ahmad setuju dengan pendapat istrinya, Gigi. “Saya bangga
dengan orang lokal, benar-benar asli orang Bali, tapi bisa mengembangkan
properti sehebat ini. Properti ini bisa jadi investasi,” ujar Raffi.
Hardysland memiliki properti di lokasi strategis. Sebut saja,
Hardysland Nusadua Hill di Nusa Dua, Badung, Bali; Hardysland Villas di
Siyut, Gianyar, Bali; Hardysland Villas di Canggu, Badung, Bali;
Hardysland Timbarwana Villas di Civic Center, Negara, Bali; Hardysland
Villas di Pendem, Negara, Bali; Hardysland River Side Villas, Kutuh,
Tabanan, Bali; dan Hardysland Villas, Loang Baloq, Mataram, NTB.
Sumber:
Gohitzz.com